SELAMAT DATANG
BLOG INI MERUPAKAN PELATIHAN PERENUNGAN DIRI
Jumat, 30 April 2010
AKAR KEKAFIRAN
Aku bisa membayangkan bagaimana kaum Nuh as sulit menerima kenyataan bahwa Nuh as adalah seorang utusan Allah. Demikian halnya nabi Hud di kalangan Ad, Sholih di kalangan Tsamud, Musa di kalangan Mesir, Isa di kalangan Bani Israel dan sebagainya. Kaum-kaum itu menghardik para nabi dan menganggapnya sebagai orang yang mengada-ada, membawa tatanan-tatanan baru yang tidak diajarkan oleh nenek moyang. Mereka menganggap para nabi itu sebagai pendusta. Dusta untuk memperoleh pengakuan sebagai tokoh di kaum tersebut.
Manusia sekarang menghardik kaum-kaum tersebut sebagai orang yang tidak rasional, tidak mengerti iman, hanya berpegang pada adat nenek moyang dan tidak mengerti akan kesesatannya. Bayangkan seandainya saja saat ini datang seorang kekasih Allah. Tidak perlu seorang Nabi atau Rasul. Cukup seorang wali. Wali yang hidup di zaman kita, kemudian memberi peringatan pada kita tentang keyakinan-keyakinan kita yang dianggap mulai menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Mampukah kita mengakui bahwa dia adalah kekasih Allah? Ataukah dia harus mati dahulu selama beratus-ratus tahun baru kemudian mendapat pengakuan tentang kewaliannya? Dan pengakuan itu pun bukan dari kita, melainkan dari generasi yang jauh setelah kita.